Ekosistem  

Posted by Wahab in


KOMPONEN EKOSISTEM
DAN SALING HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN
 

Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau komunitas. Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor kelinci,seekor serigala, atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu species) pada tempat tertentu akan membentuk Populasi. Contoh : dipadang rumput hidup sekelompok kelinci dan sekelompok srigala.
Jumlah anggota populasi dapat mengalami perubahan karena kelahiran, kematian, dan migrasi ( emigrasi dan imigrasi). Sedangkan komunitas yaitu seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di suatu daerah tertentu dan diantara satu sama lain saling berinteraksi. Contoh: di suatu padang rumput terjadi saling interaksi antar populasi rumput, populasi kelinci dan populasi serigala.
Setiap individu, populasi dan komunitas menempati tempat hidup tertentu yang disebut habitat. Komunitas dengan seluruh faktor abiotiknya membentuk suatu ekosistem. Suatu komunitas di suatu daerah yang mencakup daerah luas disebut bioma. Contoh: bioma padang rumput, bioma gurun, dan bioma hutan tropis. Semua bagian bumi dan atmosfer yang dapat dihuni makhluk hidup disebut biosfer.
Macam-macam  Ekosistem
Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas dua macam :
Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia. Contoh : padang rumput, gurun, laut.
Ekosistem Buatan, yaitu ekosistem yang terjadi karena buatan manusia. Contoh : kolam, sawah, waduk, kebun.

Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan. Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan manusia.
Komponen Ekosistem
Komponen Biotik, yaitu semua makhluk hidup yang berada dalam suatu ekosistem. Berdasarkan fungsinya komponen biotik dibedakan atas :
Produsen Merupakan makhluk hidup yang mampu menghasilkan makanannya sendiri. Contoh : tumbuhan hijau
Konsumen Merupakan makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri, sehingga untuk kebutuhan energinya tergantung pada produsen baik secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh: kelinci
Pengurai Yaitu makhluk hidup yang menguraikan zat-zat yang terkandung di dalam sampah dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati. (mengubah zat organik menjadi zat anorganik).
Contoh: bakteri, jamur, atau jazad renik yang bersifat saprofit.
Komponen Abiotik, yaitu semua benda tak hidup misalnya, udara, air, tanah , cahaya, maupun faktor-faktor yang ada di sekitar makhluk hidup, misalnya, suhu, kelembaban, angin, dan iklim
Saling ketergantungan antara biotik dan abiotik
Ketergantungan komponen biotik terhadap komponen abiotik Contoh: Makhluk hidup memerlukan udara untuk bernapas. Tumbuhan hijau memerlukan cahaya untuk berfotosintesis.
Ketergantungan komponen abiotik terhadap komponen biotik
·         Cacing tanah menggemburkan tanah
·         Tumbuhan untuk menahan erosi
·         Tumbuhan hijau untuk mengurangi pencemaran udara.
Saling ketergantungan sesama komponen biotik.
·         Srigala memakan kelinci untuk bertahan hidup
·         Kelinci memakan tumbuhan
Saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai terlihat dari proses makan dan dimakan diantara mereka. Pada prinsipnya dalam peristiwa ini terjadi perpindahan energi (transformasi energi) matahari (kinetik) menjadi energi kimia (dalam tubuh makhluk hidup) dan siklus materi.
Dilihat dari jumlah massa penyusun rantai makanan tersebut, makin ke puncak semakin kecil, sehingga membentuk Piramida makanan.
Piramida makanan dapat memiliki satu puncak atau dua punyak, hal ini terjadi bila terdapat dua konsumen yang memperebutkan jenis makanan yang sama.
Pola Interkasi Organisme
Hubungan antara species di dalam komunitas dapat bermacam-macam sifatnya:
Netral
Bila antara populasi tidak saling mempengaruhi
Contoh: populasi burung gelatik dengan populasi walang sangit
Kompetisi
Bila antara populasi terjadi persaingan untuk memperebutkan makanan dan wilayah tempat perburuan.
Contoh: populasi singa dengan populasi harimau
Predasi
Hubungan antara predator dan mangsanya.
Contoh: harimau dengan rusa atau elang dengan ular
Simbiosis
Kehidupan bersama dua jenis makhluk hidup yang berbeda
a.       Parasitisme
Bila salah satu populasi merugikan populasi yang lain
Contoh : Cacing pita yang berada dalam perut manusia atau benalu dengan pohon jambu
b.      Komensalisme
Bila salah satu populasi untung tetapi lainya tidak dirugikan ataupun diuntungkan.
Contoh: ikan hiu dengan ikan remora. Anggrek dengan pohon jambu
c.       Mutualisme
Bila populasi satu dengan populasi lain saling menguntungkan
Contoh : jamur dengan ganggang membentuk lumut kerak
Bakteri Rhizobium dengan akar tumbuhan polong-polongan
d.      Protokooperatif
Hubungan saling menguntungkan antara dua populasi namun bukan merupakan keharusan.
Contoh : Kupu-kupu dengan bunga atau jalak dengan kerbau
e.       Antibiosis
Yaitu hubungan dua jenis makhluk hidup yg berbeda, salah satu menghambat pertumbuhan yang lain.
Contoh : Penicillium notatum menghambat pertumbuhan bakteri
Teori Kancing (Ekologi)
A.  Latar Belakang
Kepadatan pupolasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tapat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relative. Kepadatan relative dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relative biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)
Rataan populasi biasanya dilambangkan dengan μ (Mui). Rumus metematikanya adalah μ=∑ X / n dengan μ = rataan sutau populasi ∑= penjumlahan X= nilai-nilai pengamatan dalam suatu populasi, dan n adalah jumlah individu.
Pada kenyataannya suatu populasi dapat sangat besar sehingga tidak memungkinkan untuk semua individu yang ada dalam populasi tersebut. Pada kasus seperti ini sample yang digunakan untuk menghitung rataan populasi. Lambang yang digunakan untuk sample ini adalah X. Rumus matematikanya sama dengan matematika untuk rataan populasi. Individu-individu yang diambil sebagai sample haruslah acak sehingga dapat mewakili populasi. Ukuran besar kecilnya sa,pel sangatlah penting. Dalam hal ini semakin besar sample maka semakin mewakili populasi.(Rachman.R.1996)
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetic) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta.1992)
B.Tujuan Penelitian:
Menerapkan metode Capture-mark-realease-Recapture untuk memperkirakan besatnya populasi simulan (Objek simulasi) dan membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus yaitu rumus Petersen dan schanabel.

TINJAUAN PUSTAKA
Diantaranya ciri yang sama-sama dimiliki oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai riwayat hidup sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan dan memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu.
Ciri kelompok mencakup berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, susunan kelamin/ sistem reproduksi, struktur umur, sebaran dan stuktur sosial.(Ewusie.Y.1990)
Pengetahuan tentang pertumbuhan dan pengaruh individu populasi merupakan dasar untuk memahami struktur dan dinamika ekologi. Semua spesies memiliki potensi tumbuh yang tinggi pada kondisi optimum.
Jumlah kelahiran dan kematian mungkin berfluktasi secara luas sebagai respon terhadap pengaruh lingkungan yang berbeda, tetapi jumlah itu mendekati seimbang dalam waktu yang lama.
Interaksi species seperti predasi, kompetisi dan herbivore akan mengatup naik turunnya pertumbuhan populasi.
Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar.
Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi.
Contoh pertumbuhan potensial populasi manusia yang terdiri dari banyak wanita umur 15-35 tahun adalah lebih besar pada populasi yang terdiri dari kebanyakan laki-laki tua/anak-anak.
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989)
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)
Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (=kerapatan spesifik).
Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat.
Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi.
Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :
1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON). (Soetjipta.1992)
Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode CAPTURE-RECAPTURE. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metoda ini ada beberapa cara yaitu:
1. Metoda Linceln-Peterson
Metoda ini pada dasrya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap.
Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sample, selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:
N=(1)(SE)
Dengan catatan, t=(df) Dalam table distribusi t
Α(tingkat signifikasi)=0,05
Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A) maka dihitung dengan rumus :
D=N/A
2. Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil), dapat digunakan schanabel.
Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya.
Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap periode ke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
KArena pengambilan sample diatas akan mengurangi kesalahan sampling.
Maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
Dengan catatan:
K = jumlah periode sampling
Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.(Sugianto.A.1994)

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan :
Alat:
Dua buah toples
Bahan:
Kancing baju berwanna putih berjumlah ± setengah dari tinggi toples.
Kancing baju berwarna hitam berjumlah ± setengah dari tinggi toples.
Prosedur Kerja:
1. Diambil segenggam kancing baju hitam dalam toples, dan menukarkan kancing tersebut dengan kancing berwarna putih sebagai hewan yang ditandai.
2. Dikocok toples agar kancing homogen.
3. Diambil cuplikan yang kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat sejumlah kancing berwarna lain dianggap sebagai (Ri).
4. Dilakukan cuplikan tersebut sebanyak 10 kali.
5. Dihitung dengan rumus Scanabel dan Peterson.

IV.HASIL BAN PEMBAHASAN
A.Hasil
a. Peterson: Untuk kancing warna hitam
k n R M N
1
33 2
33
545
Schanabel: Untuk kancing warna hitam
K Ni Ri ∑Hewan bertanda Mi Mi ni
1 35 – 35 – -
2 40 7 33 35 1400
3 38 8 30 68 2584
4 36 7 29 98 3276
5 39 10 29 127 4095
b. Peterson: Untuk kancing warna putih
k n R M N
1
27
4
27
209
Schanabel: Untuk kancing warna putih
K ni Ri ∑Hewan bertanda Mi Mi ni
1 30 – 30 – -
2 37 5 32 30 1110
3 28 7 21 62 1736
4 28 5 23 83 2324
5 37 11 26 106 3922
B.Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai simulasi estimasi populasi hewan. Kami mendapatkan Hasil yang sudah tertera diatas.Hasil perhitungan menggunakan rumus SCHANABEL, maka didapat hasil 301 dan standart errornya adalah 22,9 dan selang kepercayaannya 260 < N <346. Sedangkan pada data yang dilakukan perhitungan dengan PETERSON didapat hasil 770 dan standart errornya adalah 131 dan selang kepercayaannya 1 < N < 513.Dan selisih yang didapat adalah 44 maka dapat dipastikan bahwa selang kepercayaannya dapat diterima karna selisih dari dua perhitungan rumus ini adalah kecil dari 50.
Menurut Sugianto,agus. Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan ( Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi indifidu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Kami mendapatkan rumus Peterson dari hasil praktikun yang kami lakukan yaitu :
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
Dan hasil dari standar errernya menggunakan rumus:
SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
= 131
Sedangkan hasil model scanabel yang kami dapati yaitu menggunakan rumus :
N=∑(ni Mi)/∑Ri
=301
Dan untuk kesalahan Baku (SE),dapat dihitung engan rumus :
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
= 22,9
Setelah menentukan standar errornya kemudian ditentukan selang kepercayaannya menggunakan rumus :
N=(1)(SE)
=260 < N < 346
Metode schanebel ini dapat digunakan untuk mengurangi ke tidak valitan dalam metode PETERSON. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. (Agus.1994)

KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan rumus SCHANABEL maka didapat hasil 301
2. Sedangkan dalam rumus PETERSON didapat hasil 257
3. Dan selisih antara SCHANABEL dan PETERSON adalah 301-257=44
4. PETERSON dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R=individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
5. SCHANABEL dapat dihitung dengan mengunakan rumus :
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i

DAFTAR PUSTAKA
Ewusie,yanney.1990. Ekologi Tropika.ITB Press:Bandung
Hadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : Jakarta
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta
Rachaman,ronny.1996.Genetika Ternak.Penebar Swadaya: Jakarta
Soegianto,agus.1994,Ekologi Kwantatif. Usaha Nasional : Surabaya
Soetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : Jakarta
Suin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta

This entry was posted on Minggu, 05 Mei 2013 at 16.48 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar