Kurva Sigmoid  

Posted by Wahab in

BAB I
PENDAHULUAN
 


Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit tanaman, sebelum berkecambah tanaman relatif kecil dan dorman. Perkecambahan ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan, hormon auxin terbentuk pada endosperm dan kotiledon. Hormon tersebut dipindah ke jaringan meristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru dan membebaskan energi kinetik.
Dengan demikian praktikum ini dilaksanakan untuk dapat mengetahui pertumbuhan dan perkembangan sejak dari embrio dalam biji hingga daun mencapai ukuran yang tetap pada kacang merah. Serta agar kita mampu membedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dapat kita ukur dengan melihat pertambahan panjang, lebar atau luas, massa, atau berat sedangkan perkembangan adalah suatu proses menuju kedewasaan yang ditandai dengan kompleksitas. Kurva sigmoid sangat berguna dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan pada suatu tanaman.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA




Pertumbuhan menunjukkan suatu pertambahan dalam ukuran dengan menghilangkan konsep-konsep mengenai perubahan kualitas seperti halnya pengertian mencapai ukuran penuh atau kedewasaan yang tidak relevan dengan pengertian proses pertambahan. Pertumbuhan dapat di ukur berdasarkan pertambahan panjang, lebar atau luas tetapi dapat pula diukur berdasarkan pertambahan volume, massa atau berat dalam keadaan segar atau kering (Lakitan. 1993:58).
Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit tanaman, sebelum berkecambah tanaman relatif kecil dan dorman. Perkecambahan ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan, hormon auxin terbentuk pada endosperm dan kotiledon. Hormon tersebut dipindah ke jaringan meristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru dan membebaskan energi kinetik (Sasmitamihardja. 1996: 349).
Kualitas benih ditentukan antara lain oleh tingkat kemasakan biji yang dalam proses perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah. Benih yang berasal dari buah yang masih muda kualitasnya akan jelek, karena benih akan menjadi tipis, ringan, dan berkeriput apabila dikeringkan serta daya hidupnya sangat rendah. Dalam hal ini kemungkinan embrio belum berkembang sempurna dan cadangan makanan pada endosperm belum lengkap (Siregar. 2003: 292).
Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh tergantung pada variabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang tidak permeabel dapat dirangsang dengan skarifikasi, yaitu pengubahan kulit biji untuk membuatnya menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air. Cara mekanik seperti pengamplasan merupakan cara yang paling umum yang biasa dilakukan. Biji akan bekecambah setelah mengalami masa dorman yang disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk rudiment atau belum masak (dari segi fisiologis), kulit biji yang tahan atau impermeabel, atau adanya penghambat tumbuh (Anonim. 2009).
            Kurva sigmoid ini menggambarkan bahwa setiap kemajuan itu hukumnya akan selalu di mulai dari bawah dan menuju puncak tertentu dan kemudian akan menurun atau melandai. Artinya, setiap peningkatan berarti suatu saat akan mencapai titik tertentu dan akan menurun. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu koordinasi yang baik dari banyak peristiwa pada tahap yang berbeda yaitu tahap biofisika dan biokimia menuju tahap organisme yang utuh (Anonim. 2009)

BAB III
METODE KERJA


A.    Waktu dan tempat
 Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah :
Hari / tanggal    :  Selasa / 9 Juni 2009
Waktu               :  14.00 – 15.00 WITA
Tempat             :  Laboratorium Biologi lantai III
                            Fakultas Sains dan Teknologi
                            Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas milimeter, pisau silet, dan pot plastik.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kacang merah (Phaseolus vulgaris), tanah, dan air.
C.     Cara kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah :
1.      Merendam biji kacang merah (Phaseolus vulgaris) selama 2-3 jam.
2.      Memilih 30 biji yang baik untuk digunakan dalam percobaan ini.
3.      Mengupas 3 buah biji kacang merah dan mengamati kotiledonnya, kemudian mengukur panjang daun pada embrio dan setelah itu menghitung nilai rata-ratanya.
4.      Menanam 25 biji dalam pot, menyiram dengan air secukupnya dan memeliharanya selama 2 minggu.
5.      Mengadakan pengamatan sebagai berikut:
a.       Mengukur panjang daun (Daun pertama yang merupakan sepasang daun tunggal) pada umur 3, 5, 7, 10 dan 14 hari.
b.      Mengukur pertumbuhan daun pada pada hari ke-3 dan ke-5 dengan cara menggali tanah kemudian melakukan pengukuran terhadap 3 tanaman dan jangan menggunakan biji yang kelihatan tidak berkecambah.
c.       Melakukan pengukuran tanpa memotong kecambah tanaman.
d.      Selalu menggunakan 3 tanaman yang sama untuk pengukuran lebih lanjut.
e.       Menentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap pengukuran.
6.      Membuat grafik dengan panjang rata-rata (termasuk petiolusnya) sebagai ordinat dan waktu pengukuran (umur tanaman).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



A.    Hasil pengamatan
Umur tanaman (Hari)
Panjang rata-rata daun (mm)
1
3
5
7
10
14
0
1,25
2
2,3
2,8
3,1

B.     Grafik pertumbuhan rata-rata pada daun

C.     Pembahasan
Pada pengamatan ini kami mengamati laju pertumbuhan daun sejak dari mebrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran tetap. Pada tanaman  kacang merah (Phaseolus vulgaris) yang kita amati selama dua minggu yang dalam rentang waktu 3 hari kita melakukan pengukuran daun pada tanaman tersebut dimana berawal dari biji yang berkecambah dari jaringan embrional. Pada hari pertama tidak tampak adanya tumbuh kembang dari kacang merah, akan tetapi setelah pengamatan pada hari ke-3 tumbuh daun dengan ukuran 1,25mm, hari ke-5 ukurannya 2mm, hari ke-7 ukurannya 2,3mm, hari ke-10 ukurannya 2,8mm dan pada hari ke-14 ukurannya mencapai 3,1mm. Dari hasil pengamatan terlihat terjadinya pertumbuhan pada tanaman.
Hal tersebut terjadi karena tanaman tersebut mengalami tumbuh kembang  dimana tumbuh ditandai dengan bertambah tingginya dan lebar batang, serta massanya yang juga semakin bertambah, sedangkan perkembangannya yaitu ditandai dengan kompleksitas tanaman menuju proses kedewasaan  hingga dapat menghasilkan organ generatif seperti bunga. Di dalam percobaan ini belum terdapat bunga karena pengamatannya hanya dua minggu saja sehingga proses perkembangannya tidak dapat kita amati dengan baik karena pertumbuhannya belum maksimal, tetapi dapat kita amati pertumbuhan pada tanaman tersebut dimana diawali dengan tumbuhnya kecambah pada biji yang kemudian akan mengalami pertumbuhan dimana yang paling jelas terlihat adalah batang yang semakin tinggi, ukuran daun yang semakin lebar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yang terdiri atas faktor internal yaitu faktor yang melibatkan hormon sebagai pusat kontrol dan faktor lingkungan atau faktor luar yang terdiri atas panjang pendeknya hari yang digunakan, suhu, nutrisi dan yang lainnya.
Dalam hal ini kurva sigmoid sangat berguna di dalam melakukan penelitian lebih lajut tentang tumbuh dan perkembangan tumbuhan karena dapat menunjukkan tahapan-tahapan perkembangan yang melalui fase logaritmik yaitu fase dimana terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan seperti yang terjadi pada hari ke-3, ke-5, ke-7, ke-10 dan ke-4 yang selalu mengalami peningkatan pertumbuhan yang dipicu oleh hormon tumbuh yaitu auksin, giberalin, dan sitokinin serta didukung oleh kondisi lingkungan. Fase linear yaitu fase dimana proses tumbuh berjalan secara konstan dimana pada percobaan ini belum terjadi karena meristem primernya masih aktif membelah karena tumbuhannya masih muda.




  

BAB V
PENUTUP



A.    Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran tetap pada tanaman kacang merah (Phaseolus vulgaris) mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat yang dapat kita liat dari bertambahnya tinggi batang, daun yang semakin lebar dan banyak serta mengalami perkembangan yaitu dari embrio yang terdapat dalam biji tumbuh menjadi tumbuhan yang lebih kompleks.

B.     Saran
Adapun saran saya adalah agar di dalam melakukan suatu praktikum diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi agar hasil yang dicapai lebih maksimal, serta memperhatikan setiap arahan yang diberikan oleh asisten masing-masing.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009.Kurva Sigmoid. http://id.wikipedia.org. Blogspot.Pertumbuhan.html.
Diakses tanggal 12 Juni pukul 16.00 Wita.
Drajat, Sasmitamihardja. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Negeri Makassar.
            Makassar
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajagrafindo Persada.
 Jakarta.

Siregar, Arbaya. 2003. Fisiologi Tumbuhan. Direktoral Jendral Pendidikan Tingkat
 DEPDIKBUD. Bandung.

This entry was posted on Minggu, 05 Mei 2013 at 15.56 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar