BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Regulasi epigenetik
merupakan proses ekspresi genetik pada suatu individu yang tidak melibatkan
sekuens DNA. Kata epi-
merupakan awalan dalam bahasa Yunani Kuna yang berarti
"menutupi", secara harafiah, epigenetik berarti "menutupi
(menyamarkan) proses genetik". Regulasi epigenetik memodifikasi fenotipe atau
ekspresi gen suatu individu sehingga menjadi tidak sesuai dengan perintah
genotipe yang seharusnya terjadi. Akibatnya dapat berlangsung sepanjang
kehidupan sel atau individu yang mengalaminya, dan bahkan bisa berlanjut ke
beberapa generasi sesudahnya. Contoh yang paling jelas adalah pada diferensiasi sel. Sel punca
("sel induk") atau zigot yang bersifat totipoten
ketika mengalami diferensiasi akan berubah sifat menjadi pluripoten.
Selanjutnya akan terbentuk sel-sel khusus untuks setiap jaringan. Hal
ini terjadi karena masing-masing sel mulai mengatur mana gen yang diaktifkan
dan mana gen yang harus diredam.
Mekanisme yang melibatkan
regulasi ini ("mekanisme epigenetik") yang umum dibahas adalah gen
berpindah (jumping gene) atau transposon, metilasi
atau etilasi
DNA dan protein (histon), paramutasi, imprinting.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah
ini adalah untuk mengetahui mekanisme regulasi ekspresi suatu gen.
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia memiliki berbagai jenis sel yang memiliki DNA yang
sama. Namun, hal itu dapat menjadi berbeda dikarenakan sel tersebut mensintesis
dan membentuk seperangkat RNA yang berbeda. Selain itu terkadang gen dapat
merubah ekspresinya sebagai respon signal dari luar seperti pada hormon
glucocorticoid. Hormon ini akan merangsang sel liver untuk menginduksi enzim
tyrosine aminotransferase. Enzim ini akan mengubah tyrosine menjadi glukosa.
Hormon ini hanya akan bekerja pada saat tubuh kekurangan glukosa. Kontrol
ekspresi gen terjadi baik pada eukariot dan prokariot, hanya kontrol ekspresi
gen yang terjadi pada eukariot bersifat lebih kompleks.
Ø
Kontrol Ekspresi Gen pada Prokariot
Pada bakteri terdapat gen polisistronik yaitu kumpulan
beberapa gen yang diatur oleh satu gen regulator. Hal ini menyebabkan saat
proses transkripsi akan langsung dihasilkan beberapa protein. Umumnya, kontrol
ekspresi gen pada prokariot diatur pada inisiasi transkripsi dan diatur oleh
dua sekuen yaitu sekuen pada basa -35 yang sekuennya TTGACA dan sekuen pada
posisi basa -10 yang sekuennya TATAAT. Sekuen ini berperan sebagai promotor.
Kontrol ekspresi yang terjadi dapat berupa represi dan atenuasi. Sebagai contoh
kontrol ekspresi gen yang terjadi dengan represi pada operon lac pada Escherichia
coli.Pada operon ini, gen lacI akan mengkodekan protein reseptor dan
menempel pada daerah operator sehingga transkripsi terhenti. Namun apabila
terdapat inducer berupa laktosa dalam jumlah banyak, laktosa mampu
berikatan dengan represor sehingga represor terlepas dari daerah operator dan
RNA polimerase dapat melakukan transkripsi. Sedangkan contoh kontrol ekspresi
gen dengan atenuasi pada operon triptofan.Apabila triptofan banyak, maka
translasi oleh ribosom akan terjadi dengan cepat sehingga terbentuk loop yang
akan menahan RNA polimerase untuk berhenti. Sedangkan ketika triptofan telah
menjadi sedikit, ribosom akan berjalan lambat dan RNA polimerase akan melakukan
transkripsi dengan cepat sehingga banyak hasil transkripsi dan triptofan.
Ø
Kontrol Ekspresi Gen pada Eukariot
Kontrol
ekspresi gen yang terjadi pada eukariot diawali pada tahap:
1.
Inisiasi transkripsi
Dengan
adanya pengaruh enhancer yang akan berikatan dengan daerah promotor
untuk meningkatkan aktivitas RNA polimerase.
2.
Proses transkripsi dan modifikasi
Hal
ini berupa adanya proses intron splicing sehingga hanya tersisi bagian
ekson.
3.
Kestabilan transkripsi
Saat
hasil transkripsi dibawa dari inti sel menuju sitosol akan terjadi pemendekan
ekor poli-A oleh enzim (DAN)pada 3' ke 5' yang berasosiasi dengan 5'cap.
4.
Modifikasi translasi
Modifikasi
ini terjadi dalam bentuk modifikasi kovalen disebabkan adanya modifikasi kimia
seperti asetilasi, metilasi, dan disulfida bond formation. Contoh, molekul
insulin dihasilkan dalam bentuk inaktif yang terdiri dari satu polipeptida dan
untuk aktivasinya polipeptida tersebut akan dipotong menjadi dua bagian dan
dihubungkan dengan jembatan disulfida.
Laktosa adalah gula bisakarida yang
tersusun atas glukosa dan galaktosa. Laktosa dapat diuraikan menjadi glukosa
dan galaktosa dengan bantuan enzim β-galaktosidase.
Bakteri E. coli dalam hidupnya dapat memanfaatkan baik laktosa maupun glukosa
tergantung gula mana yang tersedia di lingkungan. Bakteri E. coli mempunyai
kemampuan mensintesis β-galaktosidase sehingga bila laktosa yang
dimanfaatkan sebagai sumber karbon maka bakteri tersebut akan mampu mengubah
laktosa menjadi galaktosa. Namun bila tersedia laktosa dan glukosa maka bakteri
akan memilih glukosa sebagai sumber karbon, karena glukosa merupakan gula yang
lebih langsung dimanfaatkan dalam proses metabolisme.
Pengaturan ekspresi operon laktosa
dilakukan oleh suatu protein regulator yang akan berinteraksi dengan promoter,
yang akan menentukan berjalan atau inisiasi trankripsi yang dilakukan oleh
transcriptase. Protein pengatur dihasilkan oleh gen regulator, yaitu gen yang
produk ekspresinya berperan mengatur ekspresi gen lain. Dalam kasus operon
laktosa terdapat dua gen regulator yaitu gen lac-I dan crp. Gen lac-i
berhubungan dengan kehadiran laktosa, sedangkan crp berhubungan dengan
kehadirab glukosa. Gen yang diatur tersebut dinamakan gen structural.
Sebagai contoh gen lacZ, lacY dan lacA pada operon laktosa. Jadi gen regulator berperan mengatur
ekspresi gen structural.
Gen lac-I akan menghasilkan suatu polipeptida, yang kemudian setiap empat
polipeptida akan membentuk satu molekul protein tetramer yang berperan sebagai
regulator. Dalam proses regulasi, protein tetramer ini akan menempel pada suatu
wilayah promotor yang disebut operon. Penempelan itu terjadi karena ada
kecocokan tertentu antara runtunan basa operator dengan protein regulator,
akibat adanya protein regulator yang menempati wilayah operator maka
trankriptase tidak dapat melakukan inisiasi traskripsi, sehingga gen-gen
terdapat dibelakang promoter menjadi tidak terekspresi. Protein regulator
seperti diatas bersifat menghalangi atau menekan terjadinya traskripsi, maka
disebut repressor. Lawan dari sifat repressor disebut aktivator., yaitu yang
bersifat mendorong terjadinya ekspresi
gen. kehadiran laktosa pada media tumbuhyn akan mendorong terjadinya ekspresi
operon laktosa atau terjadi sintesis β-galaktosidase. Berarti kehadiran
laktosa harus melepaskan protein regulator dari promotor agar terjadi ekspresi
gen lacZ untuk menghasilkan β-galaktosidase.
Dalam sisten regulasi ini, laktosa yang diambil oleh bakteri dapat berinteraksi
dengan protein regulator dan asosiasi tersebut akan mengubah konfigurasi
molekul protein regulator. Perubahan konfigurasi pada protein represor
menyebabkan protein tersebut menjadi tidak mampu berasosiasi dengan operato.
Dengan tidak adanya inhibitor pada promoter maka transcriptase menjadi tidak
terhalang untuk melakukan inisiasi transkripsi, dan terjadi ekspresi gen-gen
pada operon laktosa.
Bila bakteri telah menkonversi laktosa menjadi glikmosa, dan bila
kuantitas glukosa sudah mencukupi maka harus β-galaktosidase harus
dihentikan sintesisnya. Regulasi oleh glukosa ini disebut represi katabolit
atau represi glukosa. Proses regulasi ini melibatkan tiga komponen yaitu
glukosa, cAMP (cyclic AMP), dan CAP. CAP merupakan protein yang mengaktifkan
enzim transcriptase, protein ini disandikan oleh regulator gen carp. Asosiasi antara CAP dengan transcriptase
menyuebabakan transcriptase menjadi aktif dan mampun menkatalisis proses
transkripsi. Tanpa CAP maka transcriptase menjadi tidak aktif.
Regulasa oleh crp dan glukosa :
glukosa mengatur aktifitas CAP melalui pengaturan cAMP. Antara CAP dan cAMP
dapat terbnetuk asosiasi, dan asosiasi ini akan menyebabkan CAP aktif berperan
sebagai activator; CAP yang terbebas dari cAMP tidak berperan sebagai
activator.kuantitas Camp berbanding terbalik dengan glukosa. Saat glukosa di
dalam sel berjumlah kecil cAMP ditemukan berada dalam jumlah besar, dan bila
kuantitas glukosa dalam sel meningkat maka cAMP akan menurun. Dalam keadaan
kuantitas rendah, cAMP tidak dapat berasosiasi dengan CAP, akibatnya CAP tidak
dapat menjadi aktivator.
Jadi pada saat glukosa rendah Camp berada dalam jumlah besar dan
membentuk asosiasi Camp-CAP yang berperan menjadi activator enzim traskriptase,
sehingga terjadi transkrifsi operon laktosa. Ketika glukosa meningkat sampai jumlah
tertentu cAMP menurun sehingga tidak terbentuk asosiasi cAMP-CAP dan CAP tidak
dapat berperan sebagai activator dan transkrifsi operon laktosa tidak
berlangsung.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kontrol ekspresi gen terjadi
baik pada eukariot dan prokariot, hanya kontrol ekspresi gen yang terjadi pada
eukariot bersifat lebih kompleks.
Pengaturan ekspresi operon laktosa dilakukan
oleh suatu protein regulator yang akan berinteraksi dengan promoter, yang akan
menentukan berjalan atau inisiasi trankripsi yang dilakukan oleh transcriptase.
Protein pengatur dihasilkan oleh gen regulator, yaitu gen yang produk
ekspresinya berperan mengatur ekspresi gen lain.
B.
Saran
Adapun saran saya dalam
membuat makalah ini yaitu masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami harapkan masukan-masukan dari
para pembaca sekalian.
DAFTAR
PUSTAKA
Gen. http://id.wikipedia.org/wiki/Gen.
(23 Januari 2010).
Regulasi ekspresi gen prokariot : regulasi operon laktosa; pdf (23
Januari 2010).
Regulasi_gen.htm. http://wikipedia.com. (20 Januari 2010).
This entry was posted
on Sabtu, 04 Mei 2013
at 18.36
and is filed under
Biologi Molekuler
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.